RINGKASAN
TEORI KESUSASTERAAN
(RENE WELLEK & AUSTIN WARREN)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Pasca Sarjana
“ILMU
SASTRA UMUM”
Dosen Pengampu: Dr. H. Sariban, M.Pd.
Disusun
Oleh:
Nama : SARJONO
NIM : 140621010119
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM
DARUL ULUM LAMONGAN
2014
RINGKASAN TEORI KESUSASTERAAN
(RENE
WELLEK & AUSTIN WARREN)
BAGIAN 1
DEFINISI DAN BATASAN
1. Sastra Dan Studi Sastra
Pertama-tama kita harus membedakan sastra dan studi sastra. Sastra adalah suatu
kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Seorang
penelaah satra harus dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa
ilmiah, dan harus dapat menjabarkannya dalam uraian yang jelas dan rasional. Studi
sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak selalu sama
dengan metode ilmu-ilmu alam. Bedanya hanya saja ilmu-ilmu alam berbeda dengan
tujuan ilmu-ilmu budaya. Ilmu-ilmu alam mempelajari fakta-fakta yang berulang,
sedangkan sejarah mengkaji fakta-fakta yang silih berganti. Dengan demikian, studi
sastra adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berkembang terus-menerus. Karya
sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus, atau lebih
tepat lagi : individual dan umum sekaligus. Hubungan sastra dan studi sastra
menimbulkan beberapa masalah yang rumit. Jalan keluar yang pernah ditawarkan
bermacam macam, sejumlah teoritikus menolak mentah mentah bahwa telaah sastra
adalah ilmu, dan menganjurkan penciptaan ulang sebagai gantinya yang dilakukan
oleh Walter Pater( penyair inggris abad ke 19) mencoba memindahkan lukisan
terkenal Karya Leonardo da Vinci, Mona Lisa, dalam bentuk tulisan. Akhirnya,
perlu diingat bahwa setiap karya sastra pada dasarnya bersifat umum dan
sekaligus bersifat khusus. Seperti setiap manusia yang memiliki kesamaan dengan
umat manusia pada umumnya, dengan sesama jenisnya, dengan bangsanya, dengan
kelasanya, dengan rekan rekan seprofesinya. Setiap karya sastra mempunyai ciri
yang khas, tetapi juga mempunyai sifat – sifat yang sama dengan karya seni yang
lain. Jadi, kita dapat membuat generalisasi terhadap karya sastra dan
drama periode tertentu.
2. Sifat –Sifat Sastra
Salah satu batasan sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Edwin
Greenlaw mendukung gagasan ini: “segala sesuatu yang berkaitan dengan sejarah
kebudayaan termasuk dalam wilayah kita” (“Nothing
related to the history of civilization is beyond our province”). Ilmuwan
sastra “tidak terbatas pada belles
letters atau manuskrip cetakan atau tulisan dalam mempelajari sebuah peiode
atau kebudayaan” (“not limited to belles
letters o even to printed or manuscript records in our effort to understand a
period or civilization”), dan kerja ilmuwan sastra harus dilihat “dari
sumbangannya pada sejarah kebudayaan” (“in
the light of its possible contribution to the history of culture”).
Menurut teori Greenlaw dan praktek banyak ilmuwan
lain, studi sastra bukan hanya berkaitan erat, tapi identik dengan sejarah
kebudayaan. Istilah sastra tepat diterapkan pada seni sastra, yaitu sastra
sebagai karya imajinatif. Bahasa adalah bahan baku dari sastra sebagai medianya
dan bahasa itu sendiri bukan benda mati seperti batu, melainkan ciptaan manusia
dan mempunyai muatan budaya dan linguistic dari kelompok pemakai bahasa
tertentu. Bahasa ilmiah cenderung menyerupai sistem tanda matematika atau
logika simbolis. Sedangkan bahasa sastra penuh ambiguitas dan homonym dengan
kata lain adalah bahasa sastra sangat konotatif. Bahasa satra bukan sekedar
bahasa referential, yang hanya mengacu pada satu hal tertentu. Bahasa sastra
mempunyai fungsi ekspresif , menunjukkan nada dan sikap pembicara atau
penulisnya. Bahasa sastra berusaha mempengaruhi , membujuk dan pada akhirnya
mengubah sikap pembaca.
Bahasa sehari- hari bukanlah sikap yang beragam. Bahasa percakapan, bahasa
perdagangan bahasa resmi, bahasa keagamaan dan slang anak muda termasuk bahasa
sehari hari. Memang jarang ada kesadaran atas tanda dalam bahasa sehari-hari.
Tapi kesadaran ini muncul dalam simbolisme bunyi nama dan kejadian, serta dalam
permainan kata. Tak bisa diragukan lagi bahwa bahasa sehari-hari juga mempunyai
tujuan mencapai sesuatu, untuk mempengaruhi sikap dan tindakan.Jadi, pertama-tama
hanya secara kuantitatif saja dapat kita bedakan bahasa sastra dan bahasa
sehari-hari. Dalam karya sastra, sarana-sarana bahasa dimanfaatkan secara lebih
sistematis.
3. Fungsi Sastra
Edgar Allan Poe melontarkan sastra berfungsi menghibur dan sekaligus
mengajarkan sesuatu. Menurut sejumlah teoritikus, fungsi sastra adalah untuk
membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekana emosi. Mengekspresikan emosi
berarti melepaskan diri dari emosi itu.segi manfaat sastra tidak terletak pada
ajaran-ajaran moralnya. Le bosu mengira hommer menulis illiad untuk itu, bahkan
Hegel juga menemukan hal yang sama dalam drama tragedi kesukaanya, Antigone.
Bermanfaat dalam arti luas sama dengan tidak membuang buang waktu, bukan
sekedar kegiatan iseng. Jadi sesuatu yang perlu mendapat perhatian serius.
Menghibur sama dengan tidak membosankan, bukan kewajiban, dan memberikan kesenangan.
Kalau suatu karya sastra brfungsi sesuai dengan sifatnya, kedua segi tadi (
kesenangan dan manfaat ) bukan hanya harus ada melainkan harus saling mengisi,
kesenangan yang diperoleh dari sastra bukan seperti kesenangan fisik lainnya ,
melainkan kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang tidak mencari
keuntungan, sedangkan manfaat keseriusan bersifat didaktis adalah keseriusan yang
menyenangkan, keseriusan estetis dan keseriusan persepsi. Meskipun demikian
bisa saja seorang yang berfikir serba relatif mengatakan bahwa minatnya pada
puisi tidak berdasarkanpenilaian estetis, tapi selera pribadi, seperti halya
hoby main catur atau mengisi teka teki silang, sebaliknya seorang pendidik bisa
saja salah mencari keseriusan sastra yaitu mencarinya pada keterangan sejarah
atau ajaran moralnya.
4. Teori, Kritik, dan Sejarah Sastra
Dalam wilayah studi sastra perlu ditarik perbedaan antara teori sastra, kritik
sastra, dan sejarah sastra. Yang pertama-tama perlu dipilah adalah perbedaan
sudut pandang yang mendasar. Antara teori, kritik, dan sejarah sastra tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori,
dan criteria yang ada pada satra itu sendiri. Kritik sastra adalah studi
karya-karya konkret (pendekatan statis). Dan sejarah sastra adalah mempelajari
dan menyatukan sejarah sastra masa kini dan masa lampau.
Ada alasan lain untuk memisahkan sejarah satra dan kritik sastra , bahwa
penilaian merupakan hal yang penting, tidsk dapat di sanggah. Tetapi dikatakan
pula bahwa sejarah satra mempunyai kriteria dan standartnya sendiri, yaitu
kriteria dan nilai zaman yang sudah lalu. Menurut ahli rekonstruksi sastra,
kita harus masuk ke alam pikiran dan sikap orang- orang dari zaman yang kita
pelajari. Rekonstruksi sejarah sastra telah berhasil memusatkan perhatian pada
maksud pengarang yang di telusuri melalui sejarah kritik dan selera. Asumsinya
, jika kita dapat memastikan maksud pengarang dan membuktikan bahwa maksud
pengarangnya tercapai, masalah kritik sastra sudah selesai. Pengarang sudah
menunaikan tugas zaman dan karyanya tidak perlu diulas lagi. Pendekatan ini
mengakibatkan pengakuan standart tuggal dalam kritik sastra yang didasarkan
pada sukses dizamannya.
5. Sastra Umum, Sastra Bandingan, dan
Sastra Nasional
Istilah sastra bandingan dalam prakteknya menyangkut bidang studi dan masalah
lain. Pertama dipakai untuk studi
sastra lisan, terutama cerita cerita rakyat dan migrasinya, setra bagaimana dan
kapan cerita rakyat masuk ke dalam penulisan sastra yang lebih artistik.
Sayangnya , hampir studi sastra lisan hanya mengkhususkan diri pada studi tema
dan migrasi sastra lisan dari satu negara ke negara lain. Tapi syukurlah akhir
akhir ini ahli folklor mulai mengalihkan perhatian dari studi pola, bentuk dan
tehnik kepada morfologi bentuk sastra , permasalahanya sekitar penceritaaan dan
narator , serta pendengar dongeng. Dengan demikian jalan untuk mengintegrasikan
studi satra lisan dengan konsepsi sastra umum sudah disiapkan. Meskipun studi
karya lisan mempunyai permasalahanya tersendiri, yaitu permasalahan penyebaran
dan latar sosial. Lagi pula, kesinambungan sastra lisan dan sastra tulisan
tidak pernah terputus. Kedua
mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih, pendekatan ini
dipelopori oleh klompok ilmuwan prancis yang disebut comparatistes, dipimpin
oleh fernand balden sperger, mereka mengulas soal reputasi, pengaruh dan
ketenaran Goethe di Perancis dan di Inggris serta keteneran Ossian, Carlyle,
dan Shiller di Perancis. Metodeloginya lebih dari sekedar mengumpulkan
informasi tinjauan buku, terjemahan dan pengaruh. Dan yang ketiga sastra bandingan disamakan dengan studi sastra
menyeluruh.jadi sama dengan sastra dunia sastra umum atau universal. Istilah
sastra umum juga ada kekurangannya. Istilah ini dulu berarti poetika atau teori
dan prinsip sastra Sastra bandingan mempelajari hubungan dua kesusastraan atau
lebih. Sastra umum mempelajari gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas
nasional. Sastra nasional menuntut ppenguasaan bahasa asing dan keberanian
untuk menyisihkan rasa kedaerahan yang sulit dihilangkan.
BAGIAN 2
PENELITIAN PENDAHULUAN
6. Memilih dan Menyusun Naskah
Salah satu kegiatan ilmuwan adalah mengumpulkan naskah yang akan dipelajarinya,
memulihkan dari dampak waktu, dan meneliti identitas pengarang, keaslian, dan
tahun penciptaan. Dan semua ini adalah kegiatan persiapan.
Ada dua tingkat kegiatan persiapan dalam memilih
naskah: (1) Menyusun dan menyiapkan naskah, (2) Menentukan urutan karya
menurut waktu penciptaan, memeriksa keaslian, memastikan pengarang naskah,
meneliti karya kerja sama dan karya yang sudah diperbaiki oleh pengarang atau
penerbit.
Dan ada 5 kegiatan dalam menyusun naskah: (1)
Menyusun naskah dan mengumpulkan naskah dalam bentuk manuskrip atau cetakan (2)
Membuat katalog atau keterangan bibliografi (3) Proses editing (4) Proses
menetapkan silsilah teks berbeda dengan kritik teks dan yang berikutnya , (5)
Koreksi teks.
BAGIAN 3
STUDI SASTRA DENGAN PENDEKATAN
EKSTRINSIK
7. Sastra dan Biografi
Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri yakni Sang
Pengarang. Biografi dapat dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang
jenius, menelusuri perkembangan moral, mental, dan intelektualnya.Dan dapat
juga dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan
proses kreatif. Permasalahan penulis biografi adalah permasalahan sejarah.
Penulis biografi harus menginterpretasikan dokumen, surat, laporan saksi mata,
ingatan, dan pernyataan otbiografis. Ada dua pernyataan yang harus dijawab
dalam menyusun biografi sastrawan. Pertama : sejauh mana penulis biografi
tersebut dapat memanfaatkan sebagai bahan atau pembuktian? Kedua : sejauh mana
biografi itu relavan dan penting untuk memahami karya sastra? Jawaban atas
kedua pertanyaan ini sering sangat optimistis. Bagaimana kalau menyusun
biografi menulis tentang sastrawan zaman lampau yang sulit di telusuri
data biografisnya? Biasanya yang ditemukan hanyalah dokumen resmi seperti akte
kelahiran, surat perkawinan berkas perkara hukum, dan lain lain.
Pandangan bahwa seni adalah exspresi diri yang murni dan polos yakni perwujudan
pengalaman pribadi dan perasaan terbukti keliru. Meskipun ada karya yang erat
kaitanya dengan kehidupan pengarangnya , ini bukan bukti bahwa karya sastra
merupakan fotokopi kehidupan. Pendekatan biografis sering melupakan bahwa seni
bukan sekedar perwujudan pengalaman , tetapi merupakan mata rantai tradisi
sastra dan konvensasi, yang menentukan apakah suatu karya tersebut drama atau
puisi. Pendekatan biografis tetap mempunyai dampak terhadap penilaian karya
sastra. Tidak ada bukti bahwa biografi dapat menambah atau mempengaruhi
penilaian kritik sastra.
8. Sastra dan Psikologi
Psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan. Yang pertama studi psikologi
pengarang sebagai tipe atau studi pribadi. Kedua, studi proses kreatif. Ketiga,
studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat,
mempelajari dampak sastra pada pembaca. Kemungkinan (1) & (2) bagian dari
psikologi seni. Kemungkinan (3) berkaitan pada bidang sastra. Kemungkinan (4)
pada bab sastra dan masyarakat. Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, mulai
dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra pada perbaikan terakhir
yang dilakukan pengarang, yang mana pada bagian akhir ini menurut mereka
merupakan tahapan yang paling kreatif.
Kejeniusan sastrawan selalu menjadi bahan pergunjingan. Sejak zaman yunani ,
kejeniusan dianggap disebabkan oleh semacam kegilaan dari tingkat neurotik
sampai psikosis. Konsepsi zaman dulu yang bertahan sampai sekarang adalah
anggapan bahwa bakat penyair merupakan ganti dari sesuatu yang hilang.
Kebanyakan pengarang sekarang mulai meningggalkan freudianisme dan mereka
sudah memulai. Berhenti membuat psikoanalisa. Kebanyakan penyair menolak untuk
disembuhkan atau menyesuaikan diri dengan norma masyarakat. Menyesuaikan diri
berarti mematikan dorongan menulis atau berarti mengikuti arus
lingkungan yang dianggapnya munafik dan borjuis. Teori seni sebagai
gangguan emosi menampilkan masalah hubungan imajinasi dengan kepercayaan.
9. Sastra dan Masyarakat
Sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan
social, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia.
Penyair adalah warga masyarakat yang mempunyai status khusus, maka dari itu dia
mendapat pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai masa-walaupun hanya
secara teoretis. Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat biasanya bertolak
dari frase De Bonald bahwa” sastra adalah ungkapan masyarakat “ (Literature is
an expression of society). Masalah kritik yang berbau penilaian bisa kita temukan
dengan menemukan hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat. Hubungan
yang bersifat deskriptif : (1) Sosiologi pengarang, profesi pengarang,
institusi sastra (2) Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat
dalam karya sastra itu sendiri (3) Permasalahan pembaca dan dampak social karya
sastra.
Posisi sastrawan dalam masyarakat dapat ditelusuri secara jelas dalam sejarah.
Dalam sastra lisan populer , terlihat besarnya ketergantungan penyanyi. Pada
abad pertengahan , kita mengenal beberapa macam pengarang di ruang kecilnya.
Sejarah mencatat adanya peralihan dukungan keuangan terhadap sastrawan dari
kalangan pelindung seni yaitu kaum bangsawan pindah ke para
penerbit yang bertindak sebgai agen pembaca. Tetapi sistem perlindungan
oleh bangsawan tidak merata. Selain bangsawan, gereja dan (kelak) teater
ikut mendukung hidup jenis-jenis sastra tertentu. Untuk beberapa saat lamanya ,
sastra kehilangan para dermawany. Padahal, saat itu khalayak pembaca juga
kurang dapat memberikan dukungan. Akibatnya, keadaan ekonomi para sastrawan
zaman itu sangat parah.
10. Sastra dan Pemikiran
Sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran
yang terbungkus dalam bentuk khusus. Sastra dianalisis untuk mengungkapkan
pemikiuran-pemikiran hebat. Karya sastra dapat dianggap sebagai dokumen sejarah
pemikiran dan filsafat, karena sejarah sastra sejajar dan mencerminkan sejarah
pemikiran. Beberapa puluh tahun yang lalu, sekelompok ilmuwan Amerika
menggambarkan studi hubungan sastrawan dengan pemikiran dan menamakan metode
mereka dengan “sejarah pemikiran”. Sejarah pemikiran secara tidak langsung
membantu pemahaman sastra. Selain itu Lovejoy juga menentang kecenderungan
sejarah filsafat untuk mencari unsur-unsur ilmiah pada karya sastra secara
berlebihan. Lovejoy mengungkapan bahwa pemikiran ditentukan oleh asumsi
kebiasaan mental yang tidak di sadari.
Manfaat pengetahuan sejarah filsafat bagi pemahaman karya sastra memang sangat
besar , lagi pula sejarah sastra terutama jika dipenuhi oleh pengarang –
pengarang seperti pascal, emerson dan Nietzsche secara terus menerus berisi
masalah – masalah sejarah pemikiran. Kalau dilihat secara terpisah dari karya
sastra zamannya, secarah kritik memang merupakan bagian dari sejarah pemikiran
estetika.
BAGIAN 4
STUDI SASTRA DENGAN PENDEKATAN INTRINSIK
11. Sastra dan Seni
Hubungan sastra dengan seni rupa dan seni musik sangat beragam dan rumit.
Kadang-kadang puisi mendapat inspirasi dari lukisan, patung, atau musik. Karya
seni seperti halnya benda dan manusia sering menjadi tema dan objek puisi.
Sebagaimana sastra terutama lirik dan drama banyak memakai musik, sastra juga
bisa menjado tema seni lukis atau musik terutama seni suara dan musi program.
Karya sastra sering menghasilkan efek yang sama dengan efek sebuah lukisan atau
menghasilkan efek musikal. Unsur musik dalam sajak, kalau dianalisis, ternyata
berbeda dengan melodi musik. Unsur musik disini lebih merupakan hasil susunan
pola fenetik, penghindaraan akumulasi konsonan, atau efek ritmis tertentu. Puisi-puisi Romantik (seperti puisi Tieck dan
kemudian Verlaine) memakai kesan musikal untuk menekan makna, menghindari
kontruksi logis, dan memilih konotasi daripada denotasi. Puisi yang strukturnya
terjalin secara padu kurang cocok dijadikan lagu, sedangkan puisi-puisi Heine
dan Wilhelm Muller yang kurang bermutu cocok untuk lirik lagu Schubert dan
Schumann yang paling indah. Puisi dengan nilai sastra tinggi bisa rusak dan
kabur strukturnya jika dijadikan musik walaupun musiknya sangat bagus.
Kesejajaran sastra dan seni sering membuat orang merasa bahwa lukisan dan puisi
tertentu menghasilkan suasana hati (mood) yang sama. Jadi, puisi zaman kini
memerlukan poetika baru dan teknik analisis yang tidak bisa diambil dari
terminologi seni rupa. Baru sesudah mendapatkan terminologi yang tepat untuk
menganalisis karya sastra, kita dapat menentukan batas-batas periodisasi sastra
dan bukan sekadar batasan metafisik yang disatukan oleh satu “semangat zaman”
12. Modus Keberadaan Karya Sastra
Penentuan akhir setiap baris, pengelompokan baris menjadi stansa dan alenia
persajakan dan permainan kata dapat di lihat dari ejaan serta banyak teknik
lain harus dianggap sebagai faktor integral dalam karya sastra. Percetakan
adalah bagian penting dari puisi modern karena pada dasarnya puisi di lihat
bukan didengar. Perbedaan gaya pengucapan, penekanan, tempo, dan tinggi
rendahnya, suara ditentukan oleh kepribadiaan pembaca yang menunjukkan
interprestasi pembaca. Puisi merupakan pengalaman pembacanya. Pengalaman
membaca puisi di tentukan oleh ke biasaan individu, dan suasana hati. Puisi
merupakan sesuatu yang dialami dan diciptakan kembali dalam setiap pengalaman
pembaca. Pengajaran sastra bertujuan meningkatkan pemahaman dan apresiasi
terhadap teks. Puisi juga merupakan pengalaman baik sadar maupun tak sadar.
Puisi bukanlah pengalaman seseorang ataupun gabungan pengalaman. Puisi hanyalah
penyebap potensial dari pengalaman. Puisi yang sebenarnya harus dilihat sebagai
struktur norma yang diwujutkan melalui pengalaman pembaca. Terdapat beberapa
pembagian strata yaitu strata bunyi, uniknya makna dan objek yang mewakili oleh
kata duni sang novelis. Stratum dunia di lihat dari sudut pandang tertentu
tidak dinyatakan tetapi tersirat. Karya sastra merupakan sesuatu yang
diciptakan pada satu titik waktu dan dapat berubah serta musnah. Hal tersebut
menyerupai sistem bahasa.
13. Efoni, Irama, dan Matra
Karya sastra adalah urutan bunyi yang menghasilkan makna.Didalam sejumlah karya
sastra stratum bunyi memang kadang kurang penting sedangkan didalam stratum
fonetik tetap merupakan prasyarat makna.Dalam banyak karya sastra,stratum bunyi
menarik perhatian efek estetis dan berlaku untuk karya prosadan puisi.Dalam
menganalisis efek bunyi kita harus selalu mengingat ada dua prinsip.Pertama
kita harus membedakan penyajian puisi secara lisan danpola suara puisi.Kedua
yang umum adalah bahwa bunyi harus dianalisis terpisah dari makna. Efoni
adalah kombinasi bunyi dalam puisi yang indah dan menimbulkan kesam
merdu.Didalam efoni kita perlu membedakan dua macam unsur bunyi yaitu.Yang
pertama unsur bunyi yang melekat dan terikat,misalnya kekhasan bunyi a atau o
atau juga I dan o. Kualitas ini merupakan dasar untuk efek musikal atau
efoni.Kedua unsur bunyi yang terkait yang merupakan dasar irama dan matra,misalnya
adalah titik nada,lama bunyi,tekanan dan pengulangan. Masalah irama bukan hanya
terbatas pada sastra atau bahkan bahasa.Irama sebagai bunyi yang berulang
secara periodik.Irama dekat hubungannya dengan melodi,intonasi yang ditentukan
oleh urutan tinggi rendah suara. Ilmu matra adalah bidang ilmu yang sudah
banyak ditekuni. George R. Stewart memformulasikan bahwa puisi dapat berdiri
tanpa makna karena matra pada dasarnya tidak tergantung dari makna,kita dapat
mencoba mereproduksi struktur matra dari baris mana saja tanpa melihat
maknanya.
14. Gaya dan Stilistika
Karya sastra hanyalah seleksi dari beberapa bagian dari suatu bahasa tertentu.
F.W.Bateson mengemukakan bahwa sastra adalah bagian dari sejarah umum bahasa
dan sangat tergantung padanya. Dalam tesisnya dia berkata : pengaruh zaman pada
sebuah puisi tidak dapat dilihat dari penyairnya, tapi dari bahasa yang
dipakainya. Stilistika tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar
linguistic yang kua, karena salah satu perhatian utamanya adalah kontras system
bahasa karya sastra dengan penggunaan bahasa pada zamannya. Manfaat stilistika
yang sepenuhnya bersifat estetis.
15. Citra, Metafora, Simbol, dan Mitos
Jika kita berhenti menguraikan puisi dalam bentuk prosa dan mulai
mrmpelajari makna puisi dari keseluruhan strukturnya yang kompleks, berarti
kita mulai berhadapan dengan inti struktur puisi, yaitu citra, metafora, simbol
dan mitos. Menurut seorang kritikus modern, dua unsur yang mendasari puisi
adalah matra dam metafora. Lagi pula, matra dan metafora tidak dapat
dipisahkan, dan definisi puisi harus cukup luas sehingga mencakup keduanya dan
dapat menerangkan keduanya. Teori puisi tadi juga dikemukakan oleh
Coleridge dalam Biographia Literaria. Pencitraan adalah topik yang
termasuk dalam bidang psikologi dan studi sastra. Dalam psikologo kata citra
berarti reproduksi mental, sutu ingatan masa lalu yang besifat indrawi dan
berdasarkan presepsi dan tidak selalu bersifat visual. Ahli-ahli psikologi dan
estetika menyusun berbagai macam pencitraan. Ada pencitraan yang berkaitan
dengan cita rasa pencicipan, ada yang berkaitan dengan penciuman. Ada pula yang
berkaitan dengan suhu dan tekanan. Simbol adalah suatu istilah dalam logika,
matematika, semantik, semiotik dan epistomologi, simbol juga memiliki sejarah
panjang didunia teotologi, dibidang liturgi, di bidang puisi dan seni rupa.
Unsur yang sama dalam beraneka penggunaan di atas adalah sifat simbol unruk
mewakili sesuatu yang lain. Simbol logika dan aljabar adalah tanda konvensional
yang disetujui bersama. Mitos adalah naratif, cerita, yang dikontraskan dengan
wacana dialektis, eksposisi. Mitos bersifat irasional dan instuitif, bukan
uraian filosofis yang sistematis. Istilah mitos mengacu dan meliputi wilayah
makna yang penting, yang masuk dalam bidang agama, foklor, antropologi,
sosiologi, psikoanalisis dan seni rupa. Dalam pengerian luas, mitos adalah
cerita anonim mengenai asal mula alam semesta dan nasib serta tujuan hidup.
Dalam sastra motif mitos yang penting adalah citra atau gambar yang ditampilkan,
unsur mitos yang bersifat sosial atau supernatural, cerita atau unsur
naratifnya, segi arketip atau universalnya, perwujudan simbolis dari hal-hal
yang ideal dalam adegan-adegan yang nyata, sifatnya yang menyiratkan ramalan,
rencana, dan unsur mistiknya
16. Sifat dan Ragam Fiksi Naratif
Realitas dalam karya fiksi,yakni ilusi kenyataan dan kesan meyakinkan kepada
pembaca,tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari.Raalisme dan naturalisme
dalam drama atau novel adalah gerakan,kovensi,dan gaya sastra atau sastra
filsafat,seperti romantisme dan suralisme. Fiksi naratif atau lebih tepatnya
cerita berkaitan dengan waktu atau urutan waktu.Cerita banyak bersumber dari
sejarah.Sastra sering digolongkan sebagai seni waktu (berbeda dengan seni lukis
dan seni patung yang merupakan seni ruang). Sejarah adalah sesuatu yang tidak
nyata:sejarah adalah hanyalah usaha yang membuka gulungan waktu yang tidak
menghasilkan sesuatu yang luar biasa;dan novel adalah sejarah yang fiktif.Dalam
bahasa Inggris ada dua ragam fiktif naratif yang utama disebut romance(romansa)
dan novel.Perbedaan dua ragam tersebut ialah novel adalah gambaran
kehidupan dan perilaku nyata dan romance hanyalah ditulis dalam bahasa yang
agung dan diperindah.Novel bersifat ralistis sedangkan romance bersifat puitis
dan epic.
17. Genre Sastra
Teori genre adalah suatu prinsip keteraturan yaitu sastra dan sejarah sastra
diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu atau tempat, tetapi berdasarkan tipe
struktur atau susunan sastra tertentu. Aristoteles dan Horace memberikan dasar
klasik untuk pengembangan teori genre yaitu ada dua jenis utama sastra, tragedi
dan epik. aliran Neo- Klasik adalah percampuran antara resionalisme dan sikap
otoriter, kecenderungannya adalah bersifat konservatif, mempertahankan sejauh mungkin
jenis-jenis yang berasal dari tradisi kuno, terutama jenis tradisi puitis.
Hierarki jenis-jenis sastra sebagian merupakan suatu kalkulus yang bersifat
hedonistis artinya dalam doktrin-doktrin klasik, skala kesenangan tidak
bersifat kuantitatif. Masalah genre jelas merupakan masalah inti sejarah sastra
dan sejarah kritik sastra, serta kaitan antara keduanya. Masalah genre
meletakkan masalah filosofis yang menyangkut kaitan antara kelas dan individu
pengarang, serta kaitan antara satu orang dan banyak orang, dalam konteks
sastra yang kusus. Masalah genre adalah masalah yang menyangkut sifat dari
bentuk-bentuk sastra yang universal.
18. Penilaian
Kita perlu membedakan istilah “nilai” dari “penilaian”. Sepanjang sejarah ,
oran gtelah tertarik dan menganggap sastra lisan maupun cetakan “bernilai”
positif. Tetapi kritikus dan filsuf yang membuat “penilaian” terhadap sastra ,
atau karya sastra tertentu , mungkin mengambil keputusan yang yang negatif.
Konsep tentang kemurnian adalah saslah satu unsur analisis,kita dapat mulai
dengan unsur yang lain, yaitu unsur susnan da gunsi,yang menentukan suatu karya
sastra atu bukan sastra bukanlah unsur-unsurnya,tetapi bagaimana unsur-unsur
itu disatukan dan berfungsi.Kita perlu menilai kesastraan sastra berdasarkan kriterian
estetis dan menilai kebesaran suatu karya sastra berdasarkan kriterian
eksatra-estetis,kita perlu membuat dikontomi atas penilaian yang pertama,yaitu
penilaian kesastraan. Mula-mula kita mengklasifikasikan konstruksi verbal karya
sastra (misalnya cerpen,puisi,drama),kemudian kita menanyakan apakah karya
sastra itu merupakan karya sastra itu damam suatu ranking untuk mendapatkan
kedudukanya sebagai pengalaman estetis,penialaian kedua ,mengenai kebesaran
karya sastra menyangkut astandr dan norma ,kritikus-kritikus modern yang hanya
membatasi diri pada penilaian pertama disebut kelompok”formalis”. aliran
formalisme terhadap seni bersifat otomistis,mengukur sifat puitis bahan-bahan
mentah saja,dan tidak mengukur nilai puitis keseluruhan karya. Keinginan untuk
mengukuhkan nilai-nilai sastra yang objektif,bukan berarti menjanjikan
keterikatan pada suatu norma-norma yang statis,yang tidak mengenal penambahan
nama dan perubahan peringkat.
19. Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah sejarah sosial atau sejarah pemikiran dengan mengambil
contoh karya sastra , atau impresi dan penilaian atas beberapa karya sastra
yang diatur kurang lebih secara kronologis. Ada kelompok lain yang menyadari
bahwa sastra adalah seni nomor satu , sayangnya kelompok ini tidak dapat menulis
sejarah. Mereka hanya menampilkan satu seri esai tentang pengarang-pengarang
tertentu, yang saling dikaitkan oleh “ pengaruh – pengaruh “ , tetapi
esai – esai itu tidak didasarkan pada konsepsi evolusi sejarah yang
nyata. Kebanyakan sejarah sastra yang paling menonjol adalah sejarah kebudayaan
atau kumpulan kritik sastra. Tipe pertama adalah disebut sejarah seni,
sedangkan tipe yang kedua bukan sejarah seni. Tugas utama sejarah sastra adalah
meletakkan kedudukan yang tepat dari setiap karya dalam suatu tradisi.Salah
satu tipe seri evolusi dapat disusun dengan cara memisahkan salah satu
kecenderungan dalam karya sastra , lalu menelusuri perkembangannya dalam
mencapai suatu tipe ideal (walaupun hanya sementara saja bersifat ideal). pada
kriteria sastra yang murni. Suatu periode bukanlah suatu tipe atau kelas ,
tetapi merupakan bagian waktu yang dijabarkan oleh sistem norma yang melekat
pada proses sejarah , dan tidak dapat dilepaskan daripadanya.Kejelasan tentang
skema hubungan antara beberapa metode merupakan obat untukkerancuan mental
,meskipun seseorang berhak untuk mengkombinasikan beberapa metode dalam
menyusun sejarah sastra.