Ada
hal yang barangkali terlupakan ketika melihat kemungkaran baik
kemungkaran tersebut berupa ungkapan maupun perbuatan yaitu mengucapkan
tasbih. Sebuah kemungkaran, baik perkataan maupun perbuatan, dimaknai
sebagai hal-hal yang bertentangan dengan syariat atau hal-hal lain yang
mengganggu orang-orang beriman.
Ada banyak dalil yang diungkapkan para ulama tentang ucapan tasbih ketika terjadinya kemungkaran.
Salah satunya adalah dalam surat An-Nur: 16 yang mengisahkan kisah
al-Ifku yaitu berita dusta tentang perzinahan ‘Aisyah radhiyallahu
‘anhaa.
Allah berfirman:
وَلَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-
kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar."[1]
Al-Baghawiy dalam tafsirnya menyebutkan:
“Bahwa lafadz ‘subhaanaka’ (سبحانك) dalam ayat bermakna ‘ta’ajjub’/heran.”[2]
Imam al-hafizh Ibnu Katsir menuturkan:
“Yaitu Maha Suci Allah ketika ungkapan (dusta) ditujukan kepada Istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekaligus istri dari kekasih
Allah.”[3]
Apa yang diungkapkan oleh Ahlu al-Ifki, sebutan bagi
mereka yang menyebarkan berita bohong terhadap ‘Aisyah, merupakan
kemungkaran yang besar oleh karena itu disyariatkan mengucapkan tasbih
ketika mendengarnya. Ini sebagai penyucian kepada Allah karena kedustaan
yang menimpa keluarga nabi.[4]
Lisan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang Bertasbih
Jauh sebelum ayat itu turun, ketika mendengar gosip dan kedustaan yang
dipublikasikan oleh ahlul ifqi saat itu, Aisyah pun bertasbih sambil
menuturkan:
سبجان الله وقد تحدث الناس بهذا؟
“Subhaanallah, orang-orang telah membicarakan ini?”[5]
Sebagian Sahabat juga Bertasbih
Ketika mendengar kedustaan ini, para sahabat juga bertasbih kepada Allah. Mereka bertutur:
سبحانك ما يكون لنا أن نتكلم بهذا, سبحانك هذا بستان عظيم
“Subhaanallah, tidak pantas bagi kami membicarakan ini. Ini adalah kedustaan yang besar.”[6]
Ungkapan para sahabat ini menegaskan bahwa ungkapan “subhaanallah”
adalah sebagai pelajaran bagi kaum muslimin untuk memuliakan, memuji dan
mengagungkan Allah ketika mendengar ungkapan mungkar lagi dusta tentang
kaum muslimin lainnya.
Para ulama, dari hadits ‘Aisyah tentang
kisah al-Ifk, menyebutkan salah satu faidah bahwa disyari’atkan
mengucapkan tasbih ketika ta’ajjub/heran terhadap terjadinya kemungkaran
atau mendengar hal-hal yang dusta.[7]
Sebenarnya banyak lagi
dalil-dalil beserta penjelasan para ulama yang mensyari’atkan ungkapan
tasbih ketika adanya kemungkaran namun kami cukupkan sampai disini.
______
Referensi utama:
Kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah karangan Dr. Muhammad Ibn
Ishaq, Jilid 2, Maktabah Dar al-Manhaj (Riyadh) beserta al-Maktabah
asy-Syamilah.
____
End Notes:
[1] QS an-Nur: 16
[2] Lihat Tafsir al-Baghawiy hal 26 jilid 6, al-Maktabah asy-Syamilah
[3] Lihat Tafsir Ibn Katsir hal 29 jilid 6, al-Maktabah asy-Syamilah
[4] Lihat kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah, hal 24 Jilid 2.
[5] Potongan hadits panjang tentang kisah tuduhan dusta terhadap ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
[6] Fath al-Baari hal 470 jilid 4. Dikutip dari kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah, hal 25 Jilid 2.
_____
Penyusun: Fachriy Aboe Syazwiena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar